Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Wafatnya Khalid Bin Walid Sang Pedang Allah

Kisah wafatnya Khalid bin Walid

 

Khalid bin Walid pedang Allah 

#sinarpidie
(Pedang Allah yang terhebat' adalah panglima yang hampir tak pernah kalah dalam peperangan. Dari perang Mu'tah, Yarmuk, hingga penaklukan-penaklukan besar, namanya selalu menjadi simbol kemenangan Islam.

Namun takdir Allah berbeda. Khalid tidak wafat di medan perang seperti yang ia dambakan. Saat Menjelang Ajal Di tahun 21 H, ketika tinggal di kota Hims (Suriah), Khalid jatuh sakit. Ia terbaring lemah di ranjang.

Tubuhnya penuh luka bekas pedang, tombak, dan panah. Dalam kesedihannya, ia berkata dengan suara getir."Aku telah ikut serta dalam banyak peperangan.

Tidak ada satu jengkal pun di tubuhku kecuali ada luka tusukan atau tebasan. Namun kini aku mati di atas tempat tidurku, sebagaimana matinya seekor unta. Maka, janganlah tidur mata para pengecut!"

Namun Ucapan itu membuat banyak orang menangis, sebab mereka tahu betapa rindunya Khalid untuk syahid di medan jihad. Wasiat Terakhir, Khalid meminta agar jubah perang lamanya, yang penuh debu dan darah perjuangan, dijadikan kafannya. la ingin jubah itu menjadi saksi cintanya pada jihad di jalan Allah.

Wafatnya Sang Pedang Allah Khalid bin Walid wafat di atas ranjangnya di Hims, sekitar usia 50-an tahun. Seluruh kota menangis pilu.

Tangisan terdengar di jalan-jalan dan masjid. Ketika berita wafatnya sampai ke Madinah, Umar bin Khattab meneteskan air mata dan berkata: "Wanita-wanita Quraisy tidak akan pernah melahirkan lelaki seperti Khalid bin Walid lagi."