Sosok Sayyidah Fatimah Az-Zahra Putri Rasulullah
Sosok Sayyidah Fatimah Az-Zahra Putri Rasulullah.
Dalam sebuah Hadits, Ada empat perempuan diakui sebagai wanita terbaik di dunia dan akhirat, bukan karena kekayaan atau status sosial, tapi karena iman, keteguhan hati, dan pengorbanan mereka dalam perjuangan tauhid.
Maryam Suci, terpilih menjadi ibu Nabi Isa tanpa ayah, disebut dalam Al-Qur'an Asiyah Istri Firaun, tetap beriman meski hidup di tengah kezaliman, Khadijah Istri pertama Rasulullah, pendukung dakwah sejak awal, sangat dermawan, Fatimah Putri Nabi, teladan anak, istri, dan ibu, pemimpin wanita disurga Maryam, Asiyah, dan Khadijah telah kita kenal melalui kisah-kisah agung mereka. Kini, kita menyapa perempuan terbaik keempat, Fatimah az-Zahra.
Nama lengkap: Fatimah binti Muhammad bin Abdullah
Julukan: Az-Zahra (yang bersinar), Ummu Abiha (ibunya sang ayah), Sayyidatu Nisa Ahlil Jannah (pemimpin wanita surga).
Usia wafat: Sekitar 28 tahun
Lahir: 20 Jumadil Akhir tahun 605 M, di Makkah Wafat: 11 H/632 M, di Madinah (enam bulan setelah wafatnya Nabi Muhammad)
Ayah: Nabi Muhammad
Ibu: Khadijah binti Khuwailid
Suami: Ali bin Abi Thalib
Anak-anak: Hasan, Husain, Zainab, Ummu
Kultsum,dan Muhsin (meninggal dalam kandungan).
Fatimah lahir sekitar lima tahun sebelum kenabian turun. la putri bungsu dari Khadijah dan Rasulullah. la tumbuh bukan dalam istana, tapi dalam rumah yang jadi target cemohan para pembesar Quraisy. la tidak punya sandal atau istana, tapi ia punya teladan langsung dari manusia terbaik di muka bumi. Itulah hartanya, ayahnya sendiri. Bersama kakak-kakaknya, Fatimah menyaksikan bagaimana sang ibu menjadi tiang pertama rumah kenabian. Dan di situlah ia belajar menjadi perempuan bukan berarti harus lemah lembut saja, tapi juga tangguh seperti Khadijah dan tabah seperti ayahnya.
Ketika Khadijah wafat, Fatimah masih sangat belia. Tapi saat itulah ia berubah. Dari anak kecil jadi sahabat setia sang ayah. Ketika orang-orang melempari Rasulullah dengan kotoran, Fatimah yang membersihkannya. Ia tidak menangis histeris. la diam, membersihkan, dan menyimpan luka dalam diam.
la menjadi 'ibu kecil' bagi ayahnya. Bahkan Rasulullah pernah memanggilnya: "Ummu Abiha", ibunya sang ayah. Bayangkan, anak sekecil itu, menanggung peran yang mestinya jadi milik orang dewasa.
Tapi ia tidak mengeluh. la tahu perjuangan itu berat, tapi lebih berat lagi jadi anak dari pembawa kebenaran di tengah masyarakat yang buta hati.
Cinta Rasulullah kepada Fatimah bukan cinta biasa. Tiap kali Fatimah datang, Rasul bangkit menyambut, menciumnya di kening, mempersilakannya duduk di tempat beliau.
Dalam budaya Arab, ini bukan hal lazim. Tapi begitulah cinta. Rasul membuktikan bahwa perempuan bukan makhluk kelas dua. Dan Fatimah pun tak pernah membangkang.
Bahkan ketika Rasulullah membisikinya kabar
kepergian beliau, Fatimah menangis... lalu tersenyum saat tahu ia yang pertama akan menyusul. Itulah cinta menyakitkan, tapi penuh keikhlasan.
Fatimah menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Rumah mereka tak luas, tapi hati mereka penuh berkah. Saat Fatimah kelelahan dengan pekerjaanya, dan meminta pembantu kepada ayahnya.
Rasul berkata:
"Maukah aku tunjukkan sesuatu yang lebih baik dari pada seorang pembantu? Jika kalian berbaring di tempat tidur kalian, bacalah: Subhanallah 33x, Alhamdulilah 33x, Allahu Akbar 33x. Itu lebih baik bagi kalian daripada seorang pembantu." (HR. Bukhari no. 3705, HR. Muslim no. 2727)."
Ketika ada pertengkaran kecil, Rasul menengahi dengan bijak. Sementara Fatimah, meski sudah bersuami, tetap menjadikan ayahnya pelabuhan terakhir. la tahu, pernikahan bukan berarti memutus hubungan dengan orang tua. Sebaliknya, ayahnya tetap menjadi cahaya yang menerangi jalannya sebagai istri dan ibu.
Fatimah adalah teladan perempuan. sepanjang masa, Dalam dirinya, ada lembutnya hati Khadijah, kukuhnya iman Maryam, dan kedekatan ruhani seperti Asiyah. Ia adalah cinta yang hidup dalam diam, tangguh tanpa perlu teriak, dan mulia meski tak duduk di singgasana.

